Masa Revolusi Pemasaran Jepang
Berkembangnya pemikiran pemasaran
Jepang terjadi setelah PD II. Selama tahun 1950-an pemerintah Jepang mendorong berbagai kebijakan yang diarahkan pada
pemulihan ekonomi (economic recovery) dan memberi berbagai intensif pada
industri-industri yang tampaknya sangat vital bagi pemulihan ekonomi itu. Salah
satu akibat dari kebijakan ekonomi itu adalah timbulnya masyarakat konsumsi masal
(mass consuption society).
Selama periode tersebut
pendapatan per kapita meningkat dengan hebatnya dan menciptakan suatu kenaikan
dalam konsumsi dan permintaan akan suatu standar hidup yang lebih baik.
Akibatnya adalah, makin meluasnya industri barang konsumsi. Sejumlah besar
perusahaan Jepang memasuki arena industri barang konsumsi. Hal ini tidak hanya
mengarah pada persaingan yang tajam antara perusahaan-perusahaan Jepang untuk
bisa merebut saham/bagian pasar (market share) tetapi makin dibutuhkannya
sarana pemasaran yang lebih canggih dibandingkan sebelum adanya gerak ke arah
itu. Seperti suatu efek bola salju (snowball effect), pemasaran menjadi suatu
subyek diskusi dan pendalaman baik dikalangan para usahawan maupun akademik.
Dikalangan akademik, para
sarjana Jepang masih menyandarkan diri pada buku-buku terjemahan dari buku
pelajaran yang membahas manajemen pemasaran dalam teori maupun dalam
prakteknya. Buku Philip Kotler, Marketing
Management dan Prinsiples of Marketing
karya Philips and Duncan menjadi kegemaran bacaan para sarjana maupun
mahasiswanya waktu itu. Selain itu para ilmuwan Jepang juga menterjemahkan
buku-buku pemasaran yang lebih spesialistik yang berjudul Product policy, Marketing Research, dan Advertising. Ada ilmuwan Jepang yang menghasilkan buku pelajaran
pemasarannya sendiri, tetapi kebanyakan hanya merupakan pengulangan teori-teori
pemasaran Amerika saja.
Dalam bidang praktek bisnis,
bangsa Jepang juga dipengaruhi oleh Amerika. Selama tahun 1947-1955 Komando Pendudukan
Tertinggi Amerikamenyediakan sarana
pelatihan untuk membina para ahli Jepang dalam manajemen bisnis. Metode
belajar mengajar seperti metode kasus dan diskusi kelompok diterima dan
diterapkan dalam perusahaan-perusahaan besar Jepang. Perusahaan-perusahaan ini
kemudian mendirikan pusat latihan mereka sendiri untuk pelatihan manajerial dan
keterampilan para eksklusif mereka. Berkat dorongan pihak Amerika, dalam tahun
1955 telah didirikan Japanese Productivity Center dan menjadi lembaga yang
terpenting dalam memperkenalkan teknik manajemen yang modern termasuk
pemasaran, keuangan, produksi dan sebagainya, ke dalam praktek bisnis Jepang.
Berbagai tim pucuk pimpinan Jepang mengunjungi Amerika untuk belajar tekhnik
yang paling mutakhir dalam berbagai bidang. Mereka membawa pulang teknik
manajemen bisnis Amerika yang paling modern, termasuk strategi dan taktik
pemasaran yang sudah dijalankan pada perusahaan-perusahaan top di Amerika.
Dalam tahun 1955 ketika tim
pertama pulang dari Amerika, mereka langsung memperkenalkan konsep pemasaran
modern dalam perusahaan-perusahaan Jepang. Pada tahun 1976 tim lannya pulang
dengan spesialisasi pemasaran. Lebih dari 20.000 orang Jepang, kebanyakan para
pengusaha, telah mengunjungi luar negri untuk maksud yang sama. Pada saat yang
sama, para ahli luar negri diundang ke Jepang untuk mengajar dan memberi
nasehat pada para manajer bisnis Jepang. Dalam tahun 1950 Dr. Edward Demming diundang ke Jepang
untuk mengajar teknik riset pemasaran dan pengendalian mutu (quality control).
Setelah kunjungannya, pemasaran dan konsep pengendalian mutu merupakan unsur
pemasaran terpenting yang diserap dan diterapkan oleh perusahaan-perusahaan
Jepang. Seminar riset pemasaran pertama diadakan pada tahun 1952 dan, sejak itu
muncullah berbagai perusahaan jasa riset pemasaran untuk menawarkan jasa riset
pada pemerintah, perusahaan, dan serikat dagang yang ada.
Tidak ada komentar:
Write komentar